Sunatullah

Sunatullah adalah ketentuan Allah. Suatu ketentuan hukum Logika yang mempunyai hubungan sebab akibat. Jika menurut kajian ilmiah (Scientific) disebut dengan hukum Alam. 
سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunatullah itu.(QS Al Fath ayat 23)
Seperti ketentuan setiap benda apabila dilemparkan keatas maka akan kembali lagi ke bumi akibat adanya gaya tarik bumi. Ini salah satu contoh hukum, dan banyak lagi hukum-hukum alam lainnya, yang secara ilmiah dapat kita temukan dalam setiap pelajaran ilmu pengetahuan alam atau fisika. Ini hukum pasti. Allah tidak mungkin merubah ketentuan hukumnya karena ini sudah merupakan janji Allah dan Allah selalu menepati janji. Hukum-hukum alam seperti ini disebut sebagai Sunatullah.
Banyak hukum-hukum Allah yang tertulis dalam al-Quran, Seperti ketentuan mengenai garis peredaran bulan, dan pergantian siang dan malam
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
(QS Yasiin ayat 39-40)
Dan juga Allah swt mencontohkan kepada kita salah satu sunnahnya tentang proses terbentuknya manusia sampailah ia dewasa kemudian tua dan mati. Juga menjelaskan sunnatullah di alam tentang proses pertumbuhan tumbuh-tumbuhan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.(QS AlHajj ayat 5)
Sunnatullah sesuatu yang dapat diukur, diperhitungkan dan diramalkan
Dengan mengetahui adanya sunnatullah di alam kita dapat membedakan mana ramalan atau prediksi ilmiah dengan ramalan yang menyebabkan syirik. Ramalan Cuaca, Ramalan akan terjadi Gerhana matahari, adalah contoh-contoh ramalan prediksi ilmiah yang didapat melalui penelitian dan perhitungan ilmiah. Tetapi jika ramalan nasib memakai kartu, ramalan nasib dengan bintang berdasarkan tanggal lahir, astrologi adalah contoh-contoh ramalan yang dapat jatuh kepada kemusyrikan.

Sunnatullah adalah ketentuan Allah yang ada pada Al-Quran:
لا يُؤْمِنُونَ بِهِ وَقَدْ خَلَتْ سُنَّةُ الأوَّلِينَ
mereka tidak beriman kepadanya (Al Qur'an) dan sesungguhnya telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang dahulu.(QS Al Hijr ayat 13) Maksud sunnatullah di sini ialah membinasakan orang-orang yang mendustakan rasul.


Ada hubungan kausalitas disini jika tidak beriman dan menolak mengaui kebenaran wahyu yang disampaikan rasul, dengan bencana yang menimpa suatu ummat.
Allah SWT mengatur alam ini dengan subuah aturan hukum yang sangat canggih. Orang menyebutnya hukum alam, tetapi kalau merujuk kepada Al-Qur’an hukum itu disebut sunatullah, karena dalam ajaran islam alam tidak membuat untuk dirinya, tetapi dzat yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alamlah yang membuat aturannya. Allah SWT mengingatkan manusia bahwa sunatullah itu bersifat valid, cirinya adalah konstan.komprehensif, dan tidak berubah.

Banyak orang mengatakan itu hukum alam tetapi alam itu sudah ada yang ngatur sesuai dengan kalimat diatas, artinya alam itu sifatnya pasti dan tidak mungkin bisa berubah kecuali pengecualian contoh nabi Isa yang lahir kedunia tanpa ayah  

Allah berfirman: “tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan [berlakunya] sunah [Allah yang telah berlaku] kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak [pula] akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu” [QS.Fathir:43]

Sunatullah ternyata berhubungan erat dengan amr dan nahi, ketaatan dan kemaksiatan. Apabila orang melaksanakan amr [perintah], menjauhi nahi [larangan] dan bertindak didalam batas-batas Allah mereka akan merasakan kebaikan dari sunnah robbayyiah. Maka sebaliknya pula begitu akan merasakan jahatnyasunnah robbayyiah

Oleh karena itu sebagian besar orang bermasalah pasti ada yang melanggar perintah Allah sangat berbeda dengan orang yang taat perintah Allah jauh lebih tenang atau terhindar dari masalah
Karena adanya sunatullah yang konstan inilah mempelajari sejarah dakwah menjadi keniscayaan bagi para da’i. Allah berfirman: “sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan [kitab-kitab] yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” [QS.Yusuf:111]

Makanya Al-Qur’an itu banyak cerita cerita para nabi dan ini sangat membantu para da’i untuk menyebarkan agama islam tau dakwah. Begitu pula untuk memotivasi para da’i jangan cepat berputus asa dalam berdakwah karena diceritakan didalam Al-Qur’an bahwasanya Nabi hasil itu datangnya tidak instan melainkan banyak proses yang harus dilewati.

Diantara sunahtullah dalam dakwah adalah sunah ibtila’, tamhish, dan tamkin. Ibitila’ialah sarana untuk menyeleksi dan membersihkan hati orang-orang yang akan dijadikan  hawari atau kader barisan terdepan. Pembawa panji amanah tidak layak dipegang oleh semua orang, tetapi memerlukan pilihan, mereka adalah orang-orang yang telah lulus seleksi yang dipersiapkan secara matang untuk tujuan itu agar mereka mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

 Konsekuensi logis dari terjadinya sunah ibtila’ adalah munculnya sunah tamhish. Dari satu sisi orang mukmin menghadapi cobaan dari situ diketahui mana loyang dan mana yang emas, sedangkan orang munafik disisi lain adalah orang yang tidak mampu eksis menghadapi cobaan. Allah berfirman: “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk [munafik] dari yang baik [mukmin]” [QS. Ali imran:179]
Dari hasil sunah tamhish dalah munculnya sunah tamkin atau kemapanan. Allah akan mengukuhkan posisi orang-orang mukmin dimuka bumi setelah mereka membuktikan kelayakan mereka untuk menang

Sunatullah yang juga penting kita pahami dalam dakwah adalah sunnah taghyir, tadawul,dan nashr [perubahan, perhantian, dan kemenangan]. Nabi Muhammad dalah contoh yang paling indah untuk memahami sunnah perubahan . akan tetapi napas perjuangan kita tidak boleh berhenti pada sunnah perubahan kita harus siap untuk menanti sunatullah yang lain, yaitu sunnah pergantian atau pergiliran manusia, dari masa sulit menuju masa mudah. Sunnah pergiliran ini dibuka kesempatan oleh Allah beriringan dengan kesungguhan orang yang untuk melaksanakan sunnah taghyir dalam jiwa merka Allah berfirman: “yang demikian [siksaan itu] adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugrahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri” [QS.Al-Anfal: 53]

Tetapi apa yang akan terjadi manakala kaum muslimin telah bekerja sungguh-sungguh sesuai dengan sunatullah, ternyata dipihak lain musuh mereka lebih unggul dari segi perencanaan, penataan, dan kekuatan?

Sesungguhnya orang-orang mukmin disaat itu telah melakukan perubahan pada diri mereka dan telah menyempurnakan seluruh persyaratan menuju kemenangan, maka keunggulan musuh tidak bearti kemenangan, karena sunnah Allah yang lain terlibat aktif untuk memenangkan kaum muslimin. Allah berfirman: “dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. [QS.ar-ruum: 47]
Dan dalam kondisi ini jumlah serta kekuatan fisik tidak lagi menjadi faktor satu-satunya. Pengalaman jihad kaum muslimin adalah bukti konkret dari berlakunya sunnah ini, betapa sering mereka dimenangkan Allah, kadang-kadang kemenangan tertunda atau terlambat karena hikmah tertentu dari Allah, tetapi ending dari perjuangan adalah kemenangan

Sunatullah yang juga wajib diperhatikan para da’i adalah al-i’dad [persiapan] tidak mungkin sebuah perubahan, pergantian, dan kemenangan terjadi tanpa ada persiapan, persiapan seharusnya mencakup seluruh aspek seperti persiapan ilmu, pemahaman agama, persiapan harta, persiapan media dan persiapan fisik

Sunnah lain yang juga penting dipahami adalah sunnah tadafu’ [pertarungan] yaitu pertarungan laten haq dan batil, sunnah ini terkait dengan sunnah i’dad dan telah berlangsung secara empiris dalam sejarah panjang umat manusia dan akan terus berlangsung dalam pentas kehidupan hari kiamat. Akibat adanya perbedaan antara orang yag ingin menegakkan kebenaran [al-haq], dan orang yang ingin mempertahankan kebatilan terjadilah pertarungan abadi. Allah berfirman: “orang-orang yang beriman berperang dijalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang dijalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnnya tipu daya setan itu adalah lemah. [QS.an-nisa: 76]
 Membaca searah panjang dakwah dengan teori sunatullah diatas sangat membantu kita untuk membingkai pemahaman tentang karakter dakwah yang sebenarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Newsletter

Author

Blogroll