GAMBARAN UMUM SEPUTAR PERJALANAN DAKWAH SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW

Beberapa ciri umum  perjalanan dakwah sebelum Nabi Muhammad Saw,
  •  Semua Nabi memiliki kesamaan ajaran, yaitu mengajak untuk menauhidkan Allah SWT., memerangi kekufuran dan kemusyrikan, mengajak untuk berbuat taat, dan melarang manusia untuk melakukan perbuatan yang diharamkan. Semua mereka mengajak umatnya untuk taat kepada Allah SWT., Allah SWT, berfirman dalam surah An-Nisa ayat 163-165:
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrhim, Ismail, Ishak, Ya’kub, dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan kami berikan Zabur kepada Daud (163). Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung (164). (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksan (165).
Tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah.
  • Risalah-risalah sebelum Nabi Muhammad bersifat mahaliyyah (hanya untuk kawasan tertentu). Setiap rasul tersebut diutus untuk kaum tertentu. Risalah mereka bertujuan untuk memberikan solusi yang dibutuhkan pada masanya, memenuhi kebutuhan masyarakat saat itu yang masing-masing memiliki kebutuhan khas dan tuntutan yang berbeda.

Allah berfirman dalam surah Al-Maidah; 48
لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجا
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Kesesuaian antara risalah Nabi dengan kebutuhan masyarakat tempat turunnya risalah merupakan kelebihan dari risalah tersebut dan bukan merupakan aib atau kekurangan.
  • Sunnatullah dalam dakwah pada masa silam selalu mengatakan bahwa kemenangan pada akhirnya akan selalu berpihak kepada orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir akan dibinasakan.


ولقد ارسلنا الى امم من قبلك فاخذناهم بالباساء والضراء لعلهم يتضرعون
٠٤٢٠فلولا اذ جاءهم باسنا تضرعوا ولكن قست قلوبهم وزين لهم الشيطان عليهم ابواب ما كانوا يعملون ٠٤٣٠فلما نسواما ذكروابه فتحنا عليهم ابواب كل شئ حتى اذا فرحوا بما اوتوا اخذنا هم بغتة فاذا هم مبلسون٠٤٤٠
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri (42). Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan (43). Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (44).
  • Dalam mengungkapkan tentang sejarah perjalanan para Nabi dan rasul dengan kaumnya, Al-Qur’an Al-Karim menceritakannya dengan gaya bahasa yang bervariasi kadang-kadang mengungkapnya dengan rinci dan ada juga yang ringkas, ada pengulangan cerita tertentu pada surat-surat yang lain, dan ada penekanan tertentu pada perjalanan hidup para nabi dan rasul dan karakteristik mereka, kadang-kadang mengungkapkan metode dakwah mereka, di tenpat yang lain mengungkapkan tentang sarana yang dipakai oleh para rasul. Begitulah hikmah dari Allah dalam menceritakan kehidupan dakwah para Rasul-Nya. Yang paling penting dilakukan oleh para da’i menyikapi cerita dakwah para nabi adalah berusaha untuk mengonsentrasikan diri menggali manfaat dan perjalanan dari cerita yang diungkapkan oleh Allah tersebut, bukan mengarahkan perhatiannya untuk mencari hal-hal yang tidak di ungkap oleh Al-qur’an dan sunnah dengan mencari bumbu cerita dari referensi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya. Perlu kita yakini bahwa apa yang diungkap oleh Allah dan rasulnya sangat cukup bagi kita buat mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
  •   Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap rasul dibantu ooleh Allah dengan mukjizat agar orang menjadi beriman dan orang yang tidak mau beriman telah sampai kepada mereka hujah. Unta Nabi Shaleh, tongkat Nabi Musa, dan mukjizat Nabi Isa adalah beberapa contoh beberapa mukjizat para nabi. Tetapi mayoritas mukjizat yang diberikan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad bentuknya hissiyah (dapat dilihat secara langsung dan dirasakan oleh indera). Ciri mukjizat hissiyah adalah ia habis pada waktu kejadian saja dan tidak dapat disaksikan kecuali oleh orang yang ada pada waktu kejadian. Beberapa dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW, yaitu Al-Qur’an, ia berlaku sampai akhir zaman. Imam Suyuti berkata: “Ketahuilah bahwa mukjizat adalah perkara yang terjadi di luar kebiasaan orang banyak, disertai tantangan dan tidak dapat ditandingi. Mukjizat dapat berbentuk hissyyah (nyata) dan bisa juga aqliyyah. Kebanyakan mukjizat bani Israil adalah hissyah dan mukjizat untuk umat Nabi Muhammad adalah aqliyyah. Karena syariat Islam dirancang agar tetap up to date sampai akhir zaman, maka mukjizat aqliyyah adalah yang paling pas agar para ilmuwan dapat menhyaksikan mukjizat tersebut.
  • Grafik penerimaan dakwah oleh umat sebelum Nabi Muhammad Saw, cukup variatif, antara naik dan turun. Dakwah tidak diterima secara mutlak, dan tidak selalu ditolak. Inilah sunnatullah dalam kehidupan. Andaikan Allah menghendaki, Dia mampu untuk menjadikan orang menerima dakwah semuanya. Tetapi dengan hikmah-Nya, pertarungan antara kebaikan dan kejahatan akan abadi, dan cobaan-cobaan di jalan dakwah baik bagi da’i maupun mad’u akan terus berlangsung agar terseleksi nama orang yang baik dan mana orang jahat, dan mana orang yang layak mendapatkan surga dan mana yang layak untuk menempati surga. Allah berfirman dalam Surah Huud ayat 118-119
  •  Secara umum, para nabi sebelum Muhammad berdakwah dengan dua pendekatan:
  1. Yang pertama yaitu, dakwah kultural, hidup bersama masyarakat dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari mereka yang didakwahi. Yang masuk dalam kategori diantaranya adalah nabi Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Syu’aib, Musa, Harun, Isa.
  2. Yang kedua yaitu dakwah struktural, dakwah struktural adalah mereka menjadi Nabi sekaligus menjadi penguasa. Yang masuk kategori adalah Nabi Yusuf, Daud, dan Sulaiman.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Newsletter

Author

Blogroll