Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah (Kondisi Objektif Masyarakat Arab Saat Nabi di Utus)

A.    Kondisi Keagamaan
Arab ketika itu hampir tenggelam dalam kepercayaan jahiliyah. Sisa-sisa penganut agama Ibrahim sangat langka dan tidak kedengaran lagi suaranya. Virus kepercayaan jahiliyah begitu dahsyat sehingga menambah hampir semua lapisan masyarakat. Informasi tenang kepercayaan mereka dapat kita lihat dalam Al-Qur’an, di antaranya:
1.      Orang Arab Musyrikin menyembah Tuhan-Tuhan yang mereka yakini sebagai perantara yang dapat memberikan syafaat untuk mereka kepada Allah (Q.S. Yunus: 18). Mereka tahu siapa Allah, tetapi mereka meminta syafaat kepada Tuhan-Tuhan palsu (Q.S Al-An’am)
2.      Taklid mereka sangat kuat dengan apa yang dilihat dari orang tua dan nenek moyang mereka. Taklid ini mengakibatkan sulitnya menembus didinding kepercayaan jahiliyah yang ada (Q.S. Az-Zukhruf: 22).
3.      Kerusakan dalam bidang akidah berimplikasi kepada rusaknya ibadah, tingkah laku, syiar, dan syariat yang mereka lakukan. Diantara contoh yang terekam sejarah.
4.      Masuknya unsur berhala dalam ritual haji. Mereka meletakkan patung-patung di sekitar Ka’bah, mereka thawaf di sekitarnya dan kadang-kadang tanpa mengenakan sehelai kain pun.
5.      Presepsi mereka tentang Allah sangat sempit dan picik. Mereka bergeser dari kebenaran tentang ‘Asma dan Sifat Allah, lalu memasukkan unsur-unsur yang tidak layak dialamatkan kepada Allah, seperti Allah punya anak dan memiliki kebutuhan, para malaikat adalah anak perempuan Allah (QS. Al-An’am), menjadikan jin sebagai sekutu bagi Allah, mengingkari qadar, tidak pdengan hari kebangkitan, percaya dan menunding masa sebagai faktor turunya musibah.
6.      Menambah dan mengurangi ajaran ibadah sesuai dengan hawa nafsu dan kehendak mereka. Mereka tidk wukuf sebagaimana orang lain wukuf (QS. Al-Baqarah: 199). Mereka berpandangan bahwa umrah dibulan haji adalah perbatan dosa besar. Di antara tambahan ibadah yang mereka dilakukan di Masjidilharam adalah sembahyang dengan siulan dan tepukan tangan. Hal lain, mempersembahkan sesajen untuk patung-patung sebagi penghormatan buat patung-patung tersebut, bersumpah atas Lata, Uzza, dan seterusnya.
7.      Bidang Akhlak dan budaya yang ada pada mereka antara lain,
a.       Bangga dengan garis keturunan
b.      Mencela nasab
c.       Meminta hujan dengan meminta pertolongan binatang
d.      Berteriak-teriak menghadapi kematian
e.       Mencela seseorang dengan membawa-bawa nama orang tua,
f.       Sombong dengan posisi mereka sebagai penguasa Masjidilharam
g.      Mengagungkan harta dan pemiliknya
h.      Menganggap rendah orang-orang fakir dan lemah
Praktik perdukunan merak dikalangan mereka. Mereka juga meminta perlindungan dengan jin karena takut dengannya.
Agama yang masih bertahan meskipun sudah banyak perubahan-perubahan adalah agama Yahudi dan Nasrani. Yaman memiliki komunitas Nasrani yang cukup besar, demikian juga daerah Ghassan, Kabilah, Taghlib, dan Tha’i. Sedangkan Yatsrib didiami oleh Yahudi dalam jumlah yang cukup banyak. Selain wilayah tersebut, keberadaan mereka hanya dalam skala personal.
Kelompok beragama lain yang ada (meskipun dalam jumlah kecil) adalah hunafa’. Mereka tidak menyembah berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Sebagian mereka berasal dari Ahli Kitab dan yang lain menganggap bahwa mereka menganut agama Ibrahim as. Yang menunggu datangnya Nabi terakhir.
Diantara tradisi musyrik masyarakat waktu itu adalah  menginap di sekitar berhala itu memohon mencari berkah dari karena diyakini dapat memberi manfaat thawaf tunduk dan sujud kepada menghidangkan sembelihan dan sesaji kepada dan lain-lain. Mereka melakukan hal itu karena meyakini bahwa itu akan mendekatkan kepada Allah dan memberi syafaat sebagaimana Allah kisahkan dalam Al Qur’an. Mereka mengatakan:
            “Kami tdk menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dgn sedekat-dekatnya.” ( QS. az-zumar : 3 )
            “Dan mereka menyembah kepada selain Allah apa yg tdk dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tdk manfaat. Dan mereka berkata ’Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”.( QS. yaasin : 23 )
Disamping adanya kepercayaan dan penyembahan berhala yang dilakukan masyarakat Arab sebelum kelahiran agama Islam, terdapat pula kepercayaan lain yang mereka anut seperti :
a.       Menyembah malaikat. Bahkan ada yang beranggapa bahwa malaikat adalah puteri tuhan.
b.      Menyembah Jin, ruh atau hantu. Bahkan ada suatu tempat jin terkenal dengan nama Darahim.
B.     Kondisi Politik dan Hukum
Kondisi politik di Hira, Syam, dan Hijaz sangat rusak. Manusia terbagi dalam dua kelas, yaitu tuan dan budak, atau pemimpin dan rakyat. Rakyatnya selalu menjadi mangsa para pemimpin. Mereka tak ubah seperti mesin yang siap memproduksi kekayaan buat pemimpinnya, sedangkan mereka sendiri tidak mendaatkan apa-apa. Rakyat terombang-ambing dalam kesesatan, diliputi kezaliman, kehinaan, dan penyiksaan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Keamanan relatif stabil di Mekkah, hampir tidak terjadi peperangan sebelum Islam kecuali Perang Fijar. Hal ini disebabkan oleh keberadaan Ka’bah yang selalu mereka kunjungi setiap tahun. Pada hakikatnya, pemerintahan tersebut merupakan perpaduan antara kepemimpinan duniawi dan kepemimpinan agama. Meskipu perang jarang terjadi, tetapi pencengatan di jalan-jalan merajalela, dan pemerintahan sangat lemah. Buktinya, ketika Mekkah diserang oleh pasukan Abraha, mereka tidak mampu berbuat apa-apa.
Sebelu Islam lahir, kaum kerabat Rasulullah memiliki posisi penting di masyarakat Mekkah, meskipun dari segi kekayaan mereka  adalah orang yang biasa-biasa saja, bahkan dikalangan pedagang Mekkah mungkin mereka di bawah rata-rata. Kekayaan dipegang oleh bani Abdis Syams, bani Naufal, dan bani Makhzum. Ketegangan muncul dikalangan mereka untuk memperebutkan posisi penting dimasyarakat.
Dalam bidang politik, masyarakat Arab jahiliyyah tidak memeiliki system pemerintahan yang mapan.namun ada juga keterangan di dalam buku sejarah hidup muhammad karya MH.haikal menyebutkan bahwa rasulullah hidup dilingkungan kota mekah yang meliki sistem pemerintahan mirip - mirip republik. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir (kepala suku), yang mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang, pembagian harta dan pertempuran tertentu. Diluar itu, Syeikh atau Amir tidak berkuasa mengatur anggota kabilahnya. Selain itu juga dapat dibenarkan melakukan pembunuhan, perampokan, pencurian, korupsi, melakukan kejahatan, tidak dilarang menjalankan pelacuran selama mampu memberi suap kepada dewa dewa berupa korban korban dan penyembelihan – penyembelihan supaya dosa – dosanya diampuni.
Para pembesar Quraisy sangat kuat dalam memelihara keyakinan, budaya dan adat yang diwariskan oleh leluhur mereka. Munculnya Islam sangat menggelisahkan mereka karena dianggap dapat mengancam eksitensi keyakinan, budaya adat istiadat, dan bahkan kekuasaan yang selama ini mereka pegang.
Di antara tokoh penting Quraisy yang menentang keras ajaran Islam adalah,
1.      Al-Aswad bin Al-Mutthalib dan Al-Aswad bin Abdi Yaghuts Az-Zuhri. Mereka adalah di antara orang yang paling diagungkan oleh masyarakat Quraisy pada zaman jahiliyah. Mereka berdua di antara yang selalu menghina Rasul.
2.      Abu Jahal, Harits, dan ‘Amr. Tiga saudara ini adalah anak Al-Mughirah bin Hisyam Al-Makhzumi. Mereka selain memusuhi Nabi juga menghalang-halangi dan bahkan menyiksa ornag-orang lemah dari kaum muslimin.
3.      Hakim bin Hizam bin Khuwalid, Al-hakam bin Abil Ash bin Umayyah, dan Al-Walid bin Mughirah Al-Makhzumi adalah para konglmerat Mekkah yang sombong dan selalu menjelek-jelekkan Islam.
4.      Yang juga tercatat sebagai tokoh mereka adalah Abu Umayyah Sa’id bin Al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syama, ‘Amr bin Abdi Wud Al-‘Amri (penunggang kuda tersohor), Suhail bin ‘Amr (negosiator ulung, utusan Quraisy dalam Perjanjian Hudaibiyah), Al-Harits bin Qois bin Abdis Sahmi, Abu Sufyan Sakhr bin Hatb, Abdul ‘Uzza bin Abdul Mutthalib, dan Abu Lahab.
Dalam bidang ekonomi, sesuai dengan tanah Arab yang kebanyakan terdiri dari sahara, maka system ekonomi mereka yang terpenting adalah perdagangan. Masyarakat Arab Qurayisi berdagang sepanjang tahun. dan juga didalam perdagangan mereka menggunakan sistem riba, yang mereka anggap itu wajar – wajar saja.  Di musim dingin mereka mengirim Khafilah dagang ke Yaman, sementara di musim panas mereka menuju ke Syam. Pusat perdagangan yang paling ramai adalah pasar Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulan tertentu seperti Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharam.
C.    Kondisi Sosiokultural
Pada saat itu ada beberapa yang dapat dicermati, jika dilihat dari sudut sosiokultural diantaranya
a.       Hubungan antara laki-laki dan perempuan sudah rusak. ‘Aisyah menggambarkan, pernikahan pada zaman jahiliyah itu ada empat macam, ada acara seperti kita sekarang:
-          Seorang laki-laki datang ke rumah perempuan lalu meminangnya akhirnya menikah.
-          Nikah Istibdha’ yaitu perintah suami kepada istrinya untuk tidur dengan orang yang terhormat dengan harapan mendapatkan keturunan yang baik.
-          Rombongan laki-laki dibawah 10 orang berkumpul kesalah seorang perempuan, semuanya menggaulinya dan setelah melahirkan, perempuan tersebut berhak menentukan anak yang lahir itu bernasab kepada salah seorang yang menggaulinnya.
-          WTS yang memasang bendera di depan rumahnya, tanda siapa pun dipersilahkan masuk.
b.      Perlakuan terhadap budak semena-mena.
c.       Budaya miras mengakar.
d.      Kondisi negeri Arab secara umum dapat dilihat dari pembicaraan antara Yazdajir dengan Mughirah bin Syu’bah; Yazdjir berkomentar tentang kondisi Arab ketika Mughirah mengajaknya untuk masuk Islam.
D.    Kondisi Ekonomi
Pada saat itu pertanian terdapat dipinggiran jazirah Arab, seperti Yaman, Syam, dan sebagian daerah Oase yang tersebar dijazirah. Mayoritas masyarakat Badui hidup dari menggembala unta dan kambing. Kehidupan mereka berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain.
Sedangkan perdagangan adalah pendapatan primadona masyarakat Mekkah dan Quraisy, sebagaimana yang digambarkan dalam surah Quraisy. Perdagangan ini tidak cukup aman karena banyaknya penyamun yang selalu mengintai ekspedisi dagang.
Kemudiann perdagangan ini melahirkan kelas orang-orang kaya yang berfoya-foya disatu sisi dan orang-orang miskin yang terbuang. Banyak orang-orang kaya saat itu berhenti dari mendengar dakwa nabi lantaran mereka tidak mau duduk satu majlis dengan hamba sahaya dan fakir miskin. Sementara itu ekonomi Ribawai adalah landasan ekonomi mereka.
E.     Modal Dasar yang Baik
Hal-hal positif yang nantinya dijadikan Nabi sebagai modal dasar untuk mencetak generasi terbaik yang lahir di muka bumi ini. Diantara sifat-sifat itu adalah :
-          Dermawan
-          Kuat dalam memegang janji
-          Memiliki kebanggan terhadap diri yang tinggi dan tidak mudah tunduk dengan orang lain
-          Teguh dalam memegang prinsip
-          Peramah dan tidak tergesa-gesa
-          Masih bersih dari pemikiran dan budaya asing

      Ibnu Tamimiyah mengibaratkan sifat-sifat dasar yang melekat pada mereka tersebut laksana tanah subur yang belum ditanami atau tanah subur yang dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang tidak bermanfaat, sehingga tanah tersebut menjadi sarang babi dan binatang buas. Apbila tanah tersebut sudah bersih dari tanaman yang merusak lalu ditanami dengan benih unggul maka akan muncullah tanaman ynag hasil yang memuaskan. Dengan modal dasar yang baik dan tersingkirnya segala yang jelek dari hati mereka maka mereka berubah menjadi muhajirin dan anshor yang digelar sebagai umat terbaik setelah para nabi. Inilah kira-kera peta masyarakat tempat nabi Muhammad menyemai benih Islam yang pertama.

1 komentar:

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Kaos Islami Dakwah

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Newsletter

Author

Blogroll